More

    Karena Diving, Saya Jadi …

    Nanti di dive kedua, kita akan coba untuk tanam terumbu karang. Kita akan mulai dengan kumpulin terumbu karang yang sudah patah.

    Jelas si Kevin, Dive Master (DM) kita, waktu briefing sebelum kita berangkat ke Pulau Seribu untuk one day dive trip yang diadakan oleh Livingseas Jakarta.

    • • •

    Beberapa bulan sebulannya, saya sudah mendengar soal penanaman terumbu karang ini. Cuma tidak disangka kalau hari itu saya berkesempatan untuk belajar menanamnya secara langsung. Satu sisi senang, satu sisi khawatir kalau saya tidak akan bisa melakukannya dengan baik dan benar.

    Setelah selesai briefing, kita semua bersiap-siap untuk naik ke speedboat yang sudah disediakan. Sambil berjalan menuju speedboat, bermacam-macam pikiran sempat terlintas. Namun saya berusaha menampiaskannya.

    Selama saya mengikuti instruksi yang diberikan dengan baik, seharusnya tidak akan ada masalah.

    peekholidays-coral planting seribu

    Selama di kapal menuju dive site pertama, saya memperhatikan divers lain yang ikut serta. Kelihatannya saya yang memilik pengalaman diving paling sedikit. Saya ingat ada yang bertanya ke saya biasanya sering diving di mana.

    “Ermm….” Saya berpikir sejenak lalu menjawab “Seribu?”

    Iya, saat itu, saya belum pernah benar-benar diving di tempat lain selain di Pulau Seribu.

    Di saat yang lain, ketika sedang menunggu divers yang lain untuk masuk ke air di dive kedua, salah satu diver sempat bertanya ke saya, “Sering diving?”.

    Saya menjawab bahwa tidak terlalu sering. Saat itu sudah hampir setahun sejak saya mendapat lisensi Open Water, namun karena kesibukan kerja, saat itu saya baru pernah diving sebanyak 13 atau 14 kali. Baru sejumlah itu total dive log saya.

    Melihat ekspresi mukanya yang terkagum setelah mendengar jawaban saya, langsung saya menyadari kalau dia mengira 13-14 trip diving dalam setahun. Saya memastikan lagi kalau yang saya maksud adalah 13-14 kali log dan bukan trip. Perbedaannya sangatlah besar.

    Penanaman Terumbu Karang di Pulau Seribu

    Seperti yang sudah dijelaskan waktu briefing bahwa kita akan mengumpulkan terumbu karang yang sudah patah di dive kedua ini. Lokasinya di sekitar Pulau Sekati dan penanamannya juga akan dilakukan di sekitar pulau yang sama. Jadi yang kita lakukan pertama waktu itu adalah mencari terumbu karang yang sudah terlepas atau patah tapi dengan bagian yang masih hidup. Karena nantinya bagian yang masih hidup itulah yang akan digunakan untuk penanaman kembali. Kita memberi kesempatan hidup kedua untuk terumbu karang yang malang ini – yang bisa jadi rusak atau patah karena faktor alam maupun manusia.

    Walaupun kita menyebut usaha yang kita lakukan itu penanaman kembali, namun sesungguhnya terumbu karang itu bukanlah sejenis tumbuhan melainkan hewan. Memang agak sulit dipercaya mengingat bentuknya yang memang lebih cenderung menyerupai benda keras atau batu di bawah laut. Saya juga baru mengetahuinya melalui postingan teman saya di Facebook yang kemudian saya pastikan lagi dengan cara mencari sumber online terpercaya lainnya.

    Berikut kutipan dari situs Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mengenai definisi terumbu karang.

    Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. 

    Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. 

    Apakah sampai sini kita sudah bisa sepakat kalau terumbu karang bukanlah tumbuhan?

    • • •

    Kita berhasil mengumpulkan sejumlah terumbu karang dengan kondisi yang kita mau. Walaupun itu bukanlah satu hal yang membahagiakan, akan tetapi, tidak ada gunanya juga meratapi tanpa melakukan sesuatu. Saya sendiri tidak berhasil menemukan karena saya masih tidak tahu pasti yang mana yang saya harus ambil. Daripada saya salah ambil dan malah merusak, lebih baik saya mengamati terlebih dahulu. DM kami mengerti bahwa tidak semua paham. Oleh karena itu, dia membagikan sebagian terumbu karang patah yang ditemukannya ke kami.

    Tahap selanjutnya adalah tahap dimana kita mengikat patahan terumbu karang yang kita kumpulkan ke struktur atau media tumbuh terumbu karang tersebut. Metode penanaman terumbu karang yang diterapkan oleh Livingseas itu menggunakan kerangka besi yang menyerupai laba-laba. Kerangka besi yang seringnya disebut dengan spider atau reef star itu sudah dilapisi dengan kandungan pasir alami sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pertumbuhan terumbu karang yang diikat ke struktur tersebut.

    Setelah mencoba berbagai macam metode untuk menumbuhkan terumbu karang, metode ini yang terbukti yang paling efektif. Metode yang digunakan ini disebut MARSS.

    Sebelum proses mengikat, ada sebagian dari kami yang bertugas untuk membersihkan reef star yang sudah terpasang kokoh tersebut dari lumut-lumut dan kotoran-kotoran lainnya. Setelah itu baru giliran kami mengambil patahan terumbu karang yang ada di tangan kami dan mematahkannya menjadi bagian lebih kecil supaya lebih mudah diikatkan ke spider yang ada.

    Saat itu, saya berpikir, kalau semua ini dikerjakan di darat tentunya akan jauh lebih mudah. Cuma karena ini dikerjakan di dalam air, sambil menyelam, banyak hal lain yang harus kita perhatikan juga selagi mengerjakan penanaman tersebut. Contoh yang paling konkret yaitu menjaga buoyancy kita supaya tidak malah merusak terumbu karang yang masih sehat yang ada di sekitar kita saat itu, selain saling menendang satu dengan yang lain.

    Ok, aku bisa!

    Sembari meyakinkan diri sendiri sembari saya mencoba meraih reef star yang terdekat dengan saya. Saya pun mencoba mengikatkan terumbu karang yang sudah patah yang ada di tangan saya tersebut satu per satu. Jujur, susah buat saya waktu itu. Karena saya masih belum bisa mengontrol diri saya dengan baik. Saya cuma berpikir untuk berusaha melakukan yang terbaik. Lagipula, saya pikir ini bukan perlombaan atau apa walaupun kita sedang beradu waktu dengan sisa udara yang ada di tabung dan berharap bisa menyelesaikan apa yang ada sebelum kita sudah harus naik ke atas.

    Area penanaman terumbu karang kita waktu itu sebenarnya juga tidaklah dalam – hanya di kedalaman sekitar 8 m. Cuma tetap saja bagi saya dan mungkin juga beberapa teman yang lain, proses pengerjaan semua ini ternyata cukup melelahkan. Beberapa kali saya merasa kesabaran saya diuji – kenapa susah sekali ikatnya. Ternyata semakin saya tidak sabar, semakin sulit juga ikatnya. Waktu terasa berlalu begitu cepat. Sangat.. sangat.. cepat!

    Tanpa terasa, saya sudah mencapai air limit dan salah satu DM kami terpaksa menemani saya ke atas. Mungkin karena segitu banyak bergerak sana sini dan tidak tenang selama pengerjaan penanaman terumbu karang tersebut, saya jadi boros udara sampai DM saya harus akhirnya air sharing ke saya di akhir dive yang terakhir itu.

    Walaupun saya tidak tahu pasti seberapa banyak yang sudah saya kerjakan dengan benar tapi senang juga rasanya ketika tahu bahwa melalui diving, saya bisa melakukan sesuatu yang baik untuk laut kita. Rasanya jerih lelah tadi terlupakan begitu saja.

    Beberapa hari kemudian setelah pulang dari trip, saya pernah nanya ke Instructor saya, inisiator dari projek ini, mengenai apakah pengerjaan penanaman ini memungkinkan untuk dikerjakan di darat terlebih dahulu baru kemudian diturunkan ke dasar laut. Dijelaskan olehnya bahwa itu bisa saja dilakukan, namun resiko kerusakan terumbu karang yang sudah terikat ke struktur akan lebih tinggi dengan cara tersebut terutama saat diturunkan.

    Selain itu, sambil tertawa beliau bilang bahwa sebenarnya ini sekaligus kesempatan diving skill training yang sangat baik untuk kita para diver. Setelah saya pikir-pikir lagi sambil mengingat apa yang kami lakukan di bawah laut hari itu, benar juga adanya.

    Pengalaman penanaman terumbu karang pertama saya di Pulau Seribu ini terjadi di tahun 2018. Sejak saat itu perjalanan diving saya tidaklah lagi sama dengan 13 atau 14 diving yang saya lakukan sebelumnya. Ada sesuatu yang semakin berubah. Pandangan saya terhadap laut berubah.

    Penanaman Terumbu Karang di Padang Bai

    Sejak pandemi, proyek penanaman terumbu karang oleh Livingseas dialihkan ke Bali karena situasi di Kota Jakarta dan Pulau Seribu sendiri yang masih ditutup dan tidak menentu saat itu. Projek penanaman terumbu karang yang kami lakukan sebelumnya itu akhirnya pun harus dilepaskan untuk sementara. Dan hampir setahun saya juga tidak diving sejak pandemi merambah.

    Sampai satu hari, ketika tugas meliput di beberapa tempat di Nusa Tenggara Timur saya sudah hampir selesai, terlintas di benak saya untuk singgah di Bali. Tujuan awalnya hanyalah untuk fun diving sekaligus untuk mengunjungi teman-teman saya di Livingseas Bali sebelum akhirnya balik ke Jakarta. Ternyata di minggu yang sama mereka ada trip untuk menanam terumbu karang yang serupa di Padang Bai. Tanpa pikir panjang, saya pun mendaftarkan diri.

    [ Baca juga: Support Bali Coral Conservation and Help Save the Ocean ]

    Rasa-rasanya good memories di Pulau Seribu sebelumnya pun kembali. Perasaan senang karena bisa bertemu dengan teman-teman saya dan juga akhirnya kembali bisa terlibat langsung di proses penanaman terumbu karang ini.

    Kepeduliaan saya terhadap terumbu karang, dunia bawah laut, dan lingkungan terus berlanjut sampai sekarang. Walaupun saya tidak bisa sering terlibat langsung dalam proses penanaman terumbu karang di Bali, tapi saya cukup senang menerima berita setiap bulannya dari Livingseas mengenai pertumbuhan bayi-bayi terumbu karang yang tumbuh di reef star yang saya donasikan. Paling tidak, ini yang bisa saya lakukan sebagai bukti kecintaan saya terhadap alam dan kepeduliaan saya terhadap dunia bawah laut.

    Bagi saya, diving bukanlah hanya sekedar menikmati keindahan bawah laut. Bukan juga hanya sekedar ambil foto-foto cantik untuk dibagikan di sosial media – walaupun akhirnya saya jadi kesulitan untuk menemukan foto dengan diri saya yang sedang diving karena saya sering tidak terpikir untuk berfoto.

    Diving itu berbicara soal skill, mindset, dan juga ekspresi kita terhadap alam sekitar kita terutama dunia bawah laut.

    • • •

    peekholidays-diving-gili

    Ketika sesuatu rusak, harus ada yang memperbaikinya, termasuk dalam hal ini terumbu karang di laut dan sejenisnya. Bukankah akan lebih baik jika kita tidak merusaknya dari awal? Kita memang tidak bisa menghalangi kerusakan yang terjadi karena faktor alam. Akan tetapi kerusakan terumbu karang akibat faktor manusia itu bisa dicegah atau paling tidak diminimalisirkan.

    Untuk mematahkan dan merusak satu terumbu karang itu bisa terjadi dalam hitungan detik; contohnya hanya dengan satu pijakan ketika kita sedang bermain di laut. Sedangkan untuk menumbuhkannya kembali itu butuh proses bertahun-tahun – berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun.

    [ Saya mau dukung tanam terumbu karang ]

    Menurut saya, walaupun terumbu karang bisa ditumbuhkan kembali melalui projek penanaman seperti ini, hasilnya akan tetap berbeda dengan terumbu-terumbu karang yang tumbuh alami yang sudah melalui proses waktu yang sangat panjang. Cuma setidaknya, kita bisa mengembalikan rumah-rumah untuk para hewan laut yang membutuhkannya untuk hidup.

    Dengan pengetahuan dan informasi yang sudah banyak beredar di zaman sekarang ini, tidaklah bisa lagi kita menutup mata soal pentingnya menjaga ekosistem laut. Sering saya bilang ke teman-teman saya bahwa kalau kita membiarkan sesuatu terjadi karena ketidaktahuan, itu bisa dipahami. Akan tetapi, setelah kita memiliki pengetahuan tapi kita tetap membiarkan bahkan mendukung kerusakannya, itu namanya ketidakpedulian.

    Karena diving, saya jadi lebih mengerti soal mencintai alam yang sesungguhnya.
    Karena diving, saya jadi sanggup mengatasi rasa takut saya terhadap air.
    Karena diving, saya jadi tahu bahwa saya bisa berbuat lebih dari hanya sekedar rekreasi.

    Saya sudah melakukan bagian saya sebagai Pendekar Lingkungan. Bagaimana denganmu?

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    peekholidays- 36 months weather

    Let me find you!

    I won't spam. Promise. As I hate spams, too!
    2,331FansLike
    1,410FollowersFollow
    540FollowersFollow
    257SubscribersSubscribe

    Let's Explore Together!

    From wildlife encounters, underwater, and mountain, to cultural festivals. If this sounds like something you want to do, join us on a tour for the adventure of a lifetime!

    You May Also Like